Jumat, 11 Februari 2011

BASE KITE

BAHASA KITA MUARA ENIM
Masih banyak kata-kata yang dipakai oleh masyarakat di Kabupaten Muara Enim dan OKU yang sudah dilupakan dan rancu dengan bahasa Indonesia bahkan ada juga yang sudah meggunakan bahasa barat. Tapi sekedar mengingatkan maka saya menambah perbendaharaan kata-kata jeme kite

Tephikuk = Keseleo
Mikuk = membengkokkan (biasanya jari dan tangan)
Endaskan = Sampai ke dasar
Ngulik = Dicari sampai yang paling kecil dan slektif
Milas = Melintir
Mihik = Menghancurkan sampai halus
Milu = Ikut
Mancah = Nebas sisa pohon semak yang belum ditebang waktu buat ladang
Mangke = Maka dari itu
Nanggar = Melawan arus sungai yang deras
Suluh = Obor dari daun kelapa
Sule = Obor dari s eludang buynga kelapa
Suluk = terbla
Sunti = Manisan dari buah
Subuk = Lihat
Supit = sempit
Sape = siapa
Behadu = berhenti
Alap = Cantik
Ringkih = elok dipandang

Buah-buahan
Haman = Gandaria
Puguk = Rambutan hutan
Kungkil = Buah semacam tangkil manis tumbuh di tepi sungai
Kelemai = Buah hutan yang gurih dan berduri
Sengkelat = Sebangsa mangga bulat untuk sambel
Kelat = Rasa buah asam dan pahit
Pehit = Rasa yang menggigit
Malan = tenggorokan gatal karena makan sesuatu
Bengkelan = Makanan nyangkut dikerongkongan
Teguk = telan
Ihup = Hirup
Kecap = Cicipi
Kehuk = Gali
kehak = Kerak
Kehuh = kerus
Kejai = Buah sebangsa Barley
Kehe = Monyet
Tambehukak = Buah hutan yang warnanya merah seperti apel tapi pahit
Tengkubung = terbalik dan tumbah
Entubung = sebangsa bubu penangkap ikan
Tuhus = setek
Behesan = tempat beras dirumah
Pagut = Paruh
Pinyak = Pesek
Pirut = udah buruk ( rumah biasanya)
Pantau = Panggil
Pinti = Jatuhkan dengan menggaet kaki seseorang
Pintir = Gulung
Peretutkan = dikalahkan
Piling = Kelewang
Pampas = Pangkas
Pinjung = Angkat ( untuk barang ke pundank)
Piluk = IKAN SEBANGSA BELUT warnanya hitam dan licin
TILAN = Ikan yang sama warnanya brown
Tenuk = Tapir
Telasan = Kain untuk mandi
Tungking = Seterikaan dari besi
Tebuk = Bolong
Tukak = Bolong tapi tak terus
Tunak = Pendiam
Pance = 1 tempat duduk dari jalinan bambu, 2. Panco
Parak = Dekat
Palak = Kepala
Palak becung = Biang keladi (provokator)
Pagu = Loteng
Pangking = kamar tidur
Panggar = Katu untuk pengguat perahu agar tetap bagus
Bakikh = Belakang tubuh
Banikh = Batang kayu yang bersegi di daerah paling bawah
Kekuhung = Penutup sambungan genteng atap rumah
Kelumbusan = bekas kulit yang terkeluas
Kelumpai = atau dari bambu
Kelambit = kelelawar
Rukik = bopeng
Rintik = Tutul-tulul hitam pada warna
Purik = Kesal
Melukut = Menir
Memehing = panas dingin ( meriang)
Mising = Buang air besar

Masih banyak nanti ditambah lagi kok

Rabu, 02 Februari 2011

PANDUAN WORKSHOP ADVOKASI TABURIA

1. Latar Belakang

Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu: (1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan. (2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik. Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu: (1) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat; (2) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak; (3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu: (1) Keluarga miskin; (2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak; (3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare .
Status gizi balita merupakan hal penting yang seharusnya diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak .
Program perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu program yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak Balita.
Kegiatan pokok program ini meliputi: i) peningkatan pendidikan gizi; ii) penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro lainnya; iii) penanggu-langan gizi lebih; iv) peningkatan surveilens gizi; dan v) pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi.
Salah satu faktor yang menentukan daya tahan tubuh seorang anak adalah keadaan gizinya. Pertumbuhan anak pada masa balita sangat pesat, sehingga membutuhkan zat gizi yang relatif lebih tinggi daripada orang dewasa. Balita atau anak di bawah usia lima tahun merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani.
Air susu ibu adalah makanan terbaik untuk bayi sampai mereka berusia enam bulan. Setelah usia enam bulan, walaupun dengan pengaturan makanan yang baik, balita masih memerlukan makanan tambahan (fortifikasi) untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan mereka. Taburia dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak usia enam hingga lima puluh sembilan bulan.
Bubuk Taburia merupakan makanan tambahan yang mengandung berbagai vitamin (multivitamin), yaitu Vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12, C, D3, E, K, serta berbagai mineral yaitu Folat, Pantotenat, Yodium, Fe, Zn dan Se. Bubuk dikembangkan oleh Japan Funds for Poverty Reduction (JFPR) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Gizai dan Makanan, Kementerian Kesehatan untuk memenuhi kebutuhan keseimbangan gizi pada balita usia enam sampai dengan lima puluh sembilan bulan.
Bubuk Taburia telah diteliti secara lengkap baik secara klinis maupun penerimaan masyarakat oleh para ahli yang berkompeten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara klinis balita yang mengkonsumsi Taburia kadar hemoglobinnya (Hb) meningkat dari 10.5 mg/dl pada data dasar menjadi 11.1 mg/dl pada evaluasi tengah waktu dan menjadi 12.0 mg/dl pada evaluasi nakhir. Proporsi balita anemi (Hb <11 mg/dl) menurun secara signifikan dari 62.3% pada data dasar menjadi 45.5% pada evaluasi tengah waktu dan menjadi 24.7% pada evaluasi akhir. Secara penerimaan lebih dari 85% balita mau mengkonsumsi bubuk Taburia. Ibu balita juga menyukai bentuk, warna, aroma dan rasa bubuk Taburia, nafsu makan meningkat, berat badan meningkat, jarang sakit, serta balita mereka menjadi lebih ceria/riang.
Kampanye perubahan perilaku terhadap Taburia di NICE (Peningkatan Gizi melalui Pemberdayaan Masyarakat) Proyek daerah memiliki tiga tujuan utama: i) untuk membangun pengetahuan, membuat ketertarikan dan memotivasi yang tinggi para ibu balita untuk menggunakan produk Taburia untuk anak-anak mereka; ii) untuk membangun pengetahuan tentang produk Taburia dan mempromosikan kepada penyedia layanan kesehatan, fasilitator masyarakat, kader posyandu, anggota CNC dan tokoh masyarakat di daerah proyek NICE, dan iii) untuk mengembangkan sikap positif antara orang-orang kunci dalam media masa dan para pengambil keputusan di tingkat kabupaten, propinsi dan nasional tentang Taburia sebagai cara alternatif untuk mengurangi masalah kekurangan gizi mikro antara anak-anak Indonesia usia 7-24 bulan.
Mengacu pada tujuan tersebut, kampanye memiliki 3 sasaran utama: i) yaitu ibu balita dengan anak (s) usia 7-24 bulan sebagai sasaran utama; ii) sasaran berikutnya meliputi kader posyandu, anggota CF (Fasilitator Masyarakat), CNC, tokoh masyarakat dan penyedia layanan kesehatan, dan iii) orang kunci di media masa nasional, propinsi dan lokal serta para pengambil keputusan di tingkat kabupaten dan provinsi.
Mengingat bahwa Taburia merupakan produk baru maka untuk mengadvokasi dan mempromosikan Taburia kepada para pemangku kepentingan khususnya anggota DPRD Provinsi, pimpinan Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kabupaten/Kota, Bappeda Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan Akademisi/LSM Kesehatan, untuk ini perlu memfasilitasi Jurnalis untuk melakukan peliputan kegiatan Taburia di Provinsi-provinsi.

2. Tujuan
Tujuan kegiatan workshop ini adalah:
1. Mendorong penerimaan kegiatan Taburia oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota
2. Meningkatkan pemahaman para pelaksana kebijakan mengenai kegiatan Taburia
3. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan promosi Taburia

3. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari Workshop ini adalah:
1. Adanya kesepakatan untuk lebih meningkatkan kegiatan advokasi dan promosi Taburia dalam rencana kerja dan anggaran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
2. Tersusunnya pokok-pokok kegiatan advokasi dan promosi kegiatan Taburia yang akan dilaksanakan oleh para penggerak lokal (local champions) yang potensial dan jurnalis/media.

4. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan workshop direncanakan pada Bulan Februari minggu kedua Tahun 2011. Tempat pelaksanaan di Provinsi Sumatera Selatan.

5. Narasumber dan Materi Workshop
Narasumber dalam workshop berasal dari unsur pemerintah, pelaku program, Puslitbang Gizi dan media massa. Secara rinci narasumber, topik dan kisi-kisi materi workshop disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Narasumber dan Materi Workshop
No Narasumber Topik Kisi-Kisi Materi
1 Kementerian Kesehatan dan atau Official Program NICE Kebijakan dan program pemerintah di bidang peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat serta Program NICE Taburia • Program jangka panjang dan jangka pendek tentang gizi masyarakat
• Keterkaitan kegiatan NICE Taburia dengan Program Gizi Nasional (tujuan, kegiatan, keluaran dan hasil yang diharapkan dari Program NICE – Taburia)

2 Pengamat/akademisi (Puslitbang Gizi Pusat) Tinjauan dari pengamat tentang gizi masyarakat berdasarkan hasil studi
• Hasil penelitian Taburia dilihat dari manfaat, efesiensi, baik dalam penggunaan maupun cara memprolehnya
3 Media massa dari PWI – Provinsi Peran media masa dalam penyebarluasan informasi tentang gizi dan kesehatan • Peran yang bisa dilakukan media dalam mendorong kegiatan Taburia, khususnya advokasi dan komunikasi perubahan sikap (BCC) tentang Taburia kepada pemerintah daerah dan masyarakat

6. Peserta
Peserta mencakup tingkat nasional dan daerah, yaitu:
1. Anggota DPRD Provinsi : 1 orang
2. Dinas Kesehatan Provinsi : 4 orang
3. Tim SKPD Propinsi : 4 orang
4. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota : 4 orang (Kota Palembang, OKI, Lahat, Musi Rawas)
5. Program NICE Prov & Kab : 5 orang (masing-masing 1 orang dari propinsi dan 4 kabupaten/kota)
6. Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota : 5 orang (masing-masing 1 orang dari propinsi dan 4 kabupaten/kota)
7. Akademisi/LSM Kesehatan : 2 orang
8. Media massa : 5 orang (Propinsi dan Kabupaten/Kota)

7. Metoda Workshop
Metoda yang digunakan dalam workshop ini adalah ceramah oleh narasumber dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Diskusi kelompok akan difasilitasi oleh tim tenaga ahli dan fasilitator yang telah ditunjuk. Pembagian kelompok dan topik yang akan dibahas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pembagian Kelompok dan Topik
No Topik Diskusi
1 Kesepakatan untuk lebih meningkatkan kegiatan advokasi dan promosi Taburia dalam rencana kerja dan anggaran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
2 Pokok-pokok kegiatan advokasi dan promosi kegiatan Taburia yang akan dilaksanakan oleh para penggerak lokal (local champions) yang potensial dan jurnalis/media.

8. Fasilitas Akomodasi dan Konsumsi Bagi Peserta
Workshop diselenggarakan pada hari ……… tanggal ……………. Tempat di Hotel …………., Jalan ………….,.Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan.
Panitia menyediakan penginapan selama satu malam. Pemesanan makan dan minuman di luar yang telah disediakan oleh Panitia serta penggunaan fasilitas telpon, internet, dan cuci pakaian dll, menjadi tanggungan masing-masing peserta dan akan ditarik bayarannya oleh pihak Hotel pada saat chek out kepada penghuni kamar.




9. Susunan Acara
Susunan acara workshop dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Susunan Acara Workshop Advokasi
No Pukul Acara
1 08.30-09.00 Registrasi
2 09.00-09.15 Pembukaan dan Pengarahan
3 09.15-10.30 Pemaparan secara panel oleh narasumber
4 10.30-11.30 Diskusi kelompok
5 11.30-12.00 Sidang pleno pemaparan hasil diskusi kelompok
6 12.00-12.30 Rumusan hasil workshop dan rencana tindak lanjut workshop
7 12.30-13.00 Penutup dan makan siang